MI BUNGKUS DAUN JATI
Nasi Tumis Tempe Cabai Hijau dan Mi Bungkus Daun Jati
BAGI yang sudah jengah dengan masakan mewah, mungkin masakan sederhana olahan Maulin (42) warga Dukuh Kolutan, Desa Sumberejo, Kecamatan Jaken bisa menjadi menu alternatif untuk menghilangkan rasa jengah Anda itu.
Dengan memanfaatkan halaman depan rumahnya, istri Narso (45) ini menyediakan masakan khas rakyat. Yakni, nasi dengan tumis tempe dan mi bungus daun jati.
Meskipun warungnya sederhana, namun masalah rasa tak perlu diragukan. Cita rasa dari menu andalannya itu, tak kalah nikmat dengan masakan sejenis yang disajikan restoran atau rumah makan mahal dengan konsep "back to nature" atau "warung ndesa" yang ada di kota besar seperti Rumah makan "Mbah Jingkrak" di Semarang dan Jakarta, misalnya, yang juga menyediakan menu serupa.
Dengan mencicipinya, indra pengecap Anda akan dipuaskan dengan rasa autentik dari masakan rakyat. Sebab, Maulin masih menggunakan kayu bakar untuk menanak nasi serta memasak tumis tempe dan mi. Selain itu, kesan merakyat terasa lebih kental melalui daun jati yang digunakan sebagai bungkusnya.
"Saya menggunakan kayu bakar sudah sejak belasan tahun lalu. Karena dipercaya dapat membuat rasa makanan lebih mikmat dibanding menggunakan bahan bakar modern (gas atau minyak tanah)," kata Maulin disela kesibukannya melayani pembeli.
Ia hanya menggunakan bumbu standar dari kedua masakan itu. Antara lain, bawang putih, bawang merah, ketumbar dan merica. Namun, hanya bahan kualitas baik yang digunakannya. Termasuk cabai hijau yang ditambahkan pada tumis tempe. Sebab, menurutnya, rasa khas dari cabe hijau segar dapat menambah kesedapan masakan.
Ibu empat anak ini berdagang mulai pukul 05.30 hingga pukul 07.00 WIB. Sedangkan di waktu petang, ia kembali membuka warungnya pukul 18.00-pukul 20.00 WIB. Tapi jangan harap masih kebagian tumis tempe dan mi bila Anda datang mendekati waktu penutupan. "Biasanya satu setengah jam setelah buka warung dua masakan itu sudah habis. Hanya tersisa ungkep ayam dan telor," katanya.
Kebanyakan para pelanggannya adalah petani dan warga desa sekitar. Banyak di antara para petani yang membeli menu itu sebagai bekal mencangkul di sawah. Alasan itu yang membuatnya memilih daun jati sebagai bungsu masakannya karena diyakini membuat makanan tidak mudah basi.
Sementara itu, ia menambahkan, tak jarang ada juga pelanggan dari kota lain, seperti Rembang, Surabaya dan Semarang yang mampir untuk sekadar memuaskan kerinduannya dengan nasi tumis tempe dan mi.
Agak sulit memang menemukan warung Maulin. Pasalnya, tempatnya masuk diperkampungan penduduk. Bila Anda sudah sampai di Alun-alun Juwana, arahkan kendaran menuju Surabaya. Setelah bertemu pertigaan Ngebrug arahkan kemudi ke selatan menuju Jalan Juwana-Rembang.
Sampai di perempatan Sleko (lebih kurang 6 km dari pertigaan Ngebrug) pertigaan Ngebrug, ambil arah timur masuk Jalan Jaken-Rembang. Lebih kurang enam kilometer kemudian atau sampai di depan MTs/MI Natidatul Islam Jaken, arahkan kendaraan Anda gang masuk Desa Kolutan atau tepat di sebelah timur MTs/MI tersebut.
Nasi tumis tempe dan mi bungkus daun jati olahan Maulin sudah siap menanti Anda setelah masuk 300 meter dari gang tersebut. Berbekal Rp 3.500, Anda sudah dapat menikmati sedapnya masakan rakyat plus telor, dua keripik tempe dan segelas es teh.
( Yudi Hadiyanto / CN13 )http://suaramerdeka.com/
0 komentar:
Posting Komentar